5 Jenis Pengujian Tanah Untuk Konstruksi Bangunan
Pengujian tanah adalah bagian yang sangat penting dalam konstruksi bangunan dan jalan. Faktanya, tidak ada proyek konstruksi yang dapat dilanjutkan tanpa terlebih dahulu memastikan tanah dapat menopang beban. Dengan demikian, tujuan pengujian tanah untuk konstruksi adalah untuk mengetahui kesesuaian tanah untuk jenis konstruksi yang akan dilakukan. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui keberadaan air tanah.
Jenis Tes Tanah untuk Konstruksi
Ada beberapa jenis pengujian tanah prakonstruksi. Jenis pengujian tergantung pada sifat-sifat tanah. Desain pondasi didasarkan pada laporan uji tanah. Beberapa tes dilakukan di lokasi konstruksi sementara yang lain dilakukan di laboratorium.
Uji Kandungan Kelembaban
Ini adalah pengujian yang sangat penting untuk konstruksi bangunan. Kadar air tanah ditentukan dengan beberapa metode, antara lain metode pengeringan oven, metode kalsium karbida, metode neraca torsi, metode piknometer, metode sand bath, metode radiasi, dan metode alkohol. Metode yang paling umum adalah metode pengeringan oven, yang melibatkan penimbangan sampel tanah, pengeringan dalam oven pada suhu 110 derajat Celcius (+/- 5 derajat), dan penimbangan kembali. Selisih berat sebelum dan sesudah adalah berat air dalam tanah.
Uji Gravitasi Spesifik
Berat jenis zat apa pun adalah rasio kerapatan terhadap kerapatan air. Penentuannya menggunakan salah satu dari beberapa metode yang meliputi metode botol densitas/kepadatan, metode piknometer, metode tabung gas, metode batas susut, dan metode labu ukur. Dari jumlah tersebut, yang paling umum digunakan dalam analisis tanah adalah metode botol kepadatan dan piknometer.
Uji Kepadatan Kering
Berat jenis tanah kering adalah berat partikel tanah dalam volume tertentu dari sampel. Nilainya tergantung pada rasio rongga dan berat jenis tanah. Nilai ini digunakan untuk mengklasifikasikan tanah sebagai padat, padat sedang, atau gembur. Uji kepadatan kering dilakukan dengan menggunakan salah satu dari tiga metode: penggantian pasir (sandcone), pemotong inti, atau perpindahan air. Dari jumlah tersebut, metode penggantian pasir dan pemotong inti lebih banyak digunakan.
Tes Batas Atterberg
Pengujian ini dilakukan pada tanah berbutir halus untuk mengukur kadar air kritisnya. Ada tiga batas yang menentukan sifat-sifat tanah berbutir halus pada kondisi yang berbeda: batas cair, batas plastis, dan batas susut.
A. Dalam uji batas cair, alat yang disebut alat batas cair Casagrande, yang terdiri dari cangkir dengan mekanisme yang bergerak ke atas dan ke bawah digunakan untuk menentukan batas cair tanah.
B. Dalam uji batas plastis, sampel tanah ditambahkan air sehingga menjadi plastis. Kemudian dibentuk menjadi bola, yang dimasukkan ke dalam piring kaca dan digulung menjadi benang berdiameter 3 milimeter. Jika utas tidak putus, maka prosedur diulangi dengan sampel baru dan lebih sedikit air. Begitu seterusnya sampai benang putus. Itulah batas plastis tanah.
C. Dalam uji batas susut, rumus matematika digunakan untuk menentukan kadar air yang cukup untuk mengisi rongga-rongga tanah.
Tes Pemadatan Standard Proctor
Pengujian Standard Proctor dilakukan untuk mengetahui karakteristik pemadatan tanah. Sampel tanah dikeringkan di udara dan kemudian dibagi menjadi empat hingga enam sampel yang lebih kecil. Kadar airnya disesuaikan dengan menambahkan 3 persen hingga 5 persen air. Sampel kemudian ditempatkan dalam cetakan pemadatan Proctor dalam tiga lapisan yang berbeda. Setiap lapisan kemudian diberikan 25 pukulan dari palu standar seberat 5,5 pon. Sampel dikeluarkan dan dikeringkan, dan kepadatan kering dan kadar airnya ditentukan. Sebuah kurva kemudian diplot berdasarkan seluruh rangkaian hasil dengan densitas sebagai fungsi kadar air. Kurva ini memberikan gambaran yang akurat tentang kadar air optimum yang dibutuhkan untuk mencapai berat jenis atau kepadatan kering maksimum.
Sumber : www.sondirbor.com